This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 20 November 2016

IMPOR MASIH MENJADI ANDALAN PEMERINTAH


Hasil gambar untuk IMPOR
Gambar. aktivitas bongkar muat di pelabuhan
saat ini bangsa kita sebagai Negara pengimpor bahan pangan tertinggi  terutama beras dan gandum. dikutif dari liputan6.com pernyataan ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus nilai impor beras Indonesia meningkat. dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Impor beras periode Januari-Juli 2016 sebesar US$ 447 juta. Sementara impor komoditas tersebut pada Januari Desember 2015 sebesar US$ 351 juta.
Hal yang sama juga terjadi pada impor gandum. pada periode Januari-Juli 2016 Indonesia telah mengimpor gandum sebesar US$ 1,49 miliar. Sedangkan pada Januari-Desember 2015 sebesar US$ 2.08 miliar. selain itu dalam peringkat Global Food Security index, posisi Indonesia juga kalah jika dibandingka Negara tetangga di kawasan ASEAN dari 113 negara Indonesia berada di peringkat 71 sedangkan Malaysia berada di peringkat 35, Thailand di pringkat 51 dan Vietanam di pringkat 57.
kita Negara agraris tapi untuk Global Food Security Index kita berada ditingkat 71, masih kalah dengan Vietnam yang notabene adalah Negara yang baru merdeka. 
maka mustahil swasembada akan tercapai jika pemerintah lebih memilih jalan instan yaitu impor sebagai solusi pamungkas untuk menyediakan ketahanan pangan nasional. karena impor  hanya memihak para tengkulak dan pemain bisnis pangan. sedangkan petani yang menghasilkan produk-produk pertanian masih jauh terjangkau dari tangan pemerintah. selama ini pemerintah data produktivitas lahan tiap tahun yang menjadi acuan stock nasional mampu memenuhi kebutuhan atau tidak. sedangkan upaya untuk meningkatkan produktivitasnya masih kurang. sebagai contoh
1.  masyarakat kita dianjurkan untuk menanam serempak sedangkan distribusi pupuk untuk kebutuhan petani sering telat. 
2.    ketersediaan benih unggul sering kali tidak tersedia ditingkat desa-desa terpencil. 
3.    pendampingan penyuluh pertanian yang kurang maksimal karena luasnya cakupan wilayah serta medan yang kadang tidak memungkinkan. 
4.   harga ditingkat petani yang selalu turun ketika panen raya, sehingga gairah untuk budidaya dengan hasil tinggi menjadi turun 
.5.   adopsi teknologi ditingkat petani masih sangat rendah, karena faktor pendidikan dan usia petani kita rata-rata usia lanjut.
sehingga kalau untuk mewujudkan swasembada pangan terutama beras dan komoditas di negara ini perlu langkah serius dari pemerintah. antara lain
1. ketersediaan sarana produksi (saprodi) cukup ditingkat desa dan wilayah sehingga petani tidak kesulitan untuk meningkatkan hasilnya.
2. benih-benih unggul dan berkualitas serta terjangkau oleh petani selalu ada ketika petani membutuhkan.
3   pendampingan yang maksimal ke petani agar adopsi teknologi dan informasi cepat sampai di tingkat petani.
4.  ada kepastian harga panen sehingga gairah untuk tanam dan meningkatkan hasil selalu ada dalam benak petani.


Senin, 14 November 2016

INDONESIA DARURAT PETANI


perlu kita sadari pertumbuhan jumlah penduduk semakin pesat bahkan 2045 jumlah penduduk akan bertambah empat kali lipat dari yang sekarang. dengan jumlah yang banyak itu tenu perlu makan perlu minum, perlu tempat tinggal, sedangkan luas daratan tidak bertambah. oleh karena itu perlu niatan dan usaha yang kuat dari para petani dan pihak-pihak yang bersangkutan.
badan pusat statistic (BPS) mengatakan terjadi penurunan jumlah Rumh tangga usaha pertanian (RTUP). penurunan ini berdampak jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani kian menyusut. sensus 2003 ke 2013 terjadi penurunan jumlah petani dari 31 juta ke 26 juta. hampir 5 juta petani meninggalkan profesinya.
dengan lahan pertanian yang dimiliki petani kita kurang dari setengah hektar sehingga memungkinkan besar mereka beralih kesektor lain. selain lahan yang sempit perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan resiko kegagalan sangat tinggi dari resiko banjir kekeringan bahkan ledakan hama penyakit.
karena resiko yang dihadapi sebagai petani sangat tinggi, petani lebih memilih profesi yang dianggap memiliki resiko sedikit dan hasilnya dianggap bisa dirasakan secara langsung, misal kesektor konstruksi tukang bangunan, buruh pabrik, tukang ojek, atau menjadi pedagang.
peralihan profesi petani kesektor lain perlu kita sikapi dengan serius karena selain berdampak dengan tingkat produksi hasil pertanian menurun, biaya oprasional juga meningkat karena tenaga pertanian semakin sulit ditemui. selain berdampak kesektor pertanian sendiri beralihnya profesi petani ke sektor lain juga akan memiliki resiko persaingan yang ketat, banyak orang berbondong-bondong melamar menjadi buruh pabrik, pindah kekota sebagai buruh bangunan, dll.

oleh karena itu perlu adanya gerakan BANGGA JADI PETANI